Minggu, 08 November 2009

PUISI


1. Tentang Persahabatan


Ini bukan mengenai kesamaan yang dari dulu kita miliki
Bukan….
Ini semua mengenai betapa berbedanya kita…
Aku tak sama dengannya
Dia juga tak sama dengan mereka…
Sekali lagi ini bukan masalah apa yang kita samakan
Semua yang berbeda dalam diri kita yang membuat kita tercipta begitu beragam
Sama seperti persahabatan
Bukan tentang seberapa dewasanya dia untuk mempunyai seorang sahabat
Melainkan seberapa berartinya dia untuk orang lain di saat tiada lagi orang yang mengharapkan dia ada
Bukan tentang seberapa sering mereka berkumpul bersama untuk membicarakan kekompakan mereka

Seberapa besar waktu yang mereka miliki untuk saling bertukar cerita dan kasih sayang setiap detik
Atau segala sesuatu hal yang terlihat sama dimuka orang lain untuk memperlihatkan persahabatan mereka
Bukan itu
Ini semua mengenai persahabatan yang mengenal satu sama lain bukan dari keberadaannya disisi mereka
Tapi semua mengenai seberapa dalam dia mencintai mereka tanpa harus menunjukkannya
Mungkin tak kan seseorang yang sesempurna itu
Bahkan dalam bercerita pun tak semua orang menganggap itu kisah yang menarik
Namun dari sanalah arti persahabatan yang sesungguhnya terpetik
Bukan dari seberapa besar yang sudah ia berikan
Tapi dari sebagaimana setianya dia di saat kita terjatuh
Akankah dia ikut bersama kita ataukah dia bertahan untuk mengulurkan tangan dan membantu kita
Disanalah pilihan itu berada
Sudah pantaskah ia kita sebut sahabat jika ada yang baru menggantikan kehadiran mereka di hatinya?
Katakan saja jika dia memang pantas disebut sahabat
Lalu kemana dia saat kita terantuk kerikil pasir di tengah badai gurun yang menggelapkan pandangan
Yang terlihat selama ini hanyalah saat kita terjatuh ke dalam jurang yang memisahkan dua dunia, bukan saat kecil yang membuat kita hanya terjatuh lemas
Bercermin sendiri pun kita susah
Tak perlu terlalu repot menilainya
Untuk menilai diri kita, kita belum sanggup
Bahkan untuk mengucap kata syukur dan terima kasih, kita harus rela melakukan sesuatu yang tak berarti bagi orang lain
Sudahkah kita mengenali diri kita?
Atau sudahkah kita mengenali sahabat kita?
Sudah pantaskah kita disebut sahabat?
Atau sudah pantaskah mereka bersahabat dengan kita?
Hanya kita yang tahu apa yang tebaik dan terbenar untuk dan dari kita, bukan penilaian mereka…

2. Untuk Sang Bulan
Bulan menangis lagi
Padahal kembarannya tengah tersenyum dengan indah
Aku bingung
Adakah yang salah dengan kehidupan Sang Bulan?
Dia memendam semuanya
Semua selalu dia sembunyikan
Senyum, tawa, dan pujian darinya pun hanya pura-pura

Bukan atas hatinya
Sering aku melihat dia meratap
Bukan karena bahagia, tapi lebih karena sedunya
Dia pernah berkata ingin tinggalkan semua yang nyata
Tapi siapa yang akan jadi penerang malamku jika ia pergi?
Meski bulan jarang tertatap pelupuk mata, setidaknya ada hati yang berharap selalu kembali
Pernah kulihat dia menangis
Sungguh aku ingin gantika letaknya jika kau bisa
Mungkin aku selalu salah karena aku memang bukan Yang Paling Sempurna
Aku hanya Bintang yang selalu ingin menemaninya
Di saat ia tengah purnama dan saat ia tak kasat mata
Aku tau Sang Matahari yang selalu berkuasa
Hingga dia hanya mengabulkan apa yang langit minta
Kasihan Bulan
Aku ingin tersenyum dan menangis untuk canda tawanya....

3. Duka dalam negeriku
Aku berdiri masih dalam peluk hangat dunia fana
Bukan sebagai pahlawan atau sebagai pengharum bumi pertiwi
Aku berdiri masih selayaknya manusia yang tumbuh dengan segala rasa penasaran dan iba
Aku ingin aku bisa berdiri sendiri
Nyatanya semua tak semudah yang dibayangkan bagiku
Aku ada dalam bayang semu
Tak berwujud, tak berujung, dan tak berliku
Aku hanya belaian kasar yang berhembus dengan kelembutan
Tapi aku belum dapat terbangun
Dan aku kembali beranjak
Kali ini bukan sebagai kelembutan
Namun sedikit getar perlahan
Aku menggeliat membangun di dalam tubuhku
Hanya gerakan tak berarti bagiku
Namun aku sungguh tertegun
Semua milikku tak lagi kulihat utuh
Luluh rata segaris dengan tanah
Aku terbuat dari tanah
Dan aku yakin semua yang kumiliki suatu saat kelak akan kembali ke asalnya
Kecuali Dia yang memang tertakdir untuk hidup kekal
Tak ada lagi yang bisa kubawa dan kuselamatkan
Semua sudah terlambat
Hanya ada aku dan diriku yang sekarang
Berusaha bangkit dalam kesakitan dan keterpurukan dalam jurang kepedihan
Mengharap uluran tangan kecil yang setidaknya peduli dengan keadaanku yang sekarang...
(nindya xi ia5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar